Sabtu, 27 Juli 2013

METODE DISKUSI KASUS (CASE STUDY)

Oleh Kiki Kurniawan S. Psi

Bagi anda yang sudah biasa atau akan merancang pelatihan, tentu sudah pernah mendengar metode studi kasus kan. Kali ini saya menyadur buku yang berjudul Program dan Modul Psikoedukasi terbitan Universitas Sanata Dharma yang di tulis oleh A. Supratiknya. Buku yang pertama kali dicetak tahun 2008 ini memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana merancang studi kasus didalam pelatihan. Semoga Bermanfaat.


Arti dan tujuan
Studi kasus adalah deskripsi tentang suatu situasi yang disajikan entah secara tertulis, lewat rekaman audio, atau lewat rekaman video. Tugas peserta adalah mempelajari
dan mendiskusikannya dengan panduan pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh fasilitator. Lazimnya diskusi difokuskan pada isu-isu yang terdapat di dalam situasi yang dideskripsikan: tindakan apa yang perlu dilakukan atau pelajaran-pelajaran apa yang bisa dipetik, serta cara mengatasi atau mencegah agar situasi sejenis tidak terjadi di masa mendatang.
Tujuan latihan ini adalah melatih peserta mampu merumuskan sendiri pelajaran-pelajaran dari situasi itu, tidak sekedar menerimanya dari fasilitator. Peserta dilatih menerapkan proses berfikir yang diperlukan untuk meganalisis sebuah situasi nyata serta mengidentifikasi berbagai alternative tindakan. Metode ini tidak bertujuan mengajarkan solusi yang benar untuk menghadapi situasi problematic tertentu, melainkan melatih peserta menganalisis dan menemukan solusi atas suatu situasi yang bermasalah.

Syarat keberhasilan
Secara khusus, metode ini efektif diterapkan bila memenuhi satu atau lebih hal berikut ini:
a.       Tujuannya adalah
1)      Menumbuhkan kesadaran, bukan keterampilan tertentu
2)      Melatih keterampilan menganalisis, bukan memberikan jawaban yang benar.
3)      Mensimulasikan situasi kehidupantertentu dengan menggunakan sarana dan waktu yang relatih terbatas
4)      Mendorong peserta untuk berperan serta
5)      Menunjukkan bahwa isi program tidak bersifat konseptual semata, melainkan terkait dengan kehidupan nyata.
6)      Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan gagasan atau perasaan mereka.
7)      Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menguji kesahihan pendapat mereka, menguji kemampuan mereka menganalisis situasi dan menemukan solusi.
8)      Menguji pemahaman peserta tentang aneka konsep, pendekatan, dan isu.
b.      Materi yang dibahas
1)      Kompleks dan berdimensi banyak.
2)      Bukan isu yang mengarah pada satu jawaban tunggal
c.       Kelompok terdiri dari anggota yang memiliki cirri-ciri
1)      Cukup terpelajar, mampu mengorganisasikan dan mengolah informasi dalam jumlah yang banyak.
2)      Terampil menganailsis
3)      Berjumlah cukup besar (10-30 peserta), dan lebih tepat dilaksanakan dalam bentuk partisipasi individual (peserta tidak dibagi dalam kelompok-kelompok kecil)
4)      Percaya diri, fasih mengungkapkan gagasan, dan mampu saling memberikan tanggapan secara konstruktif
5)      Memiliki pengetahuan tentang isu yang diangkat, sehingga mampu mengungkapkan pandangan dan perasaan mereka tentang isu yang bersangkutan
 
Langkah-langkah penyelenggaraan
a.       Fasilitator menyajikan kasus dan membantu peserta menemukan fokus
b.      Peserta diminta membaca dan menganalisis kasus sebagai persiapan diskusi
c.       Fasilitator memulai dan membimbing diskusi, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melakukan pendalaman dan memberikan ringksan.
d.      Fasilitator bisa menggunakan flipchart atau papan tulis atau computer viewer untuk mendokumentasikan atau mencatat hasil-hasil diskusi
e.      Fasilitator meringkas learning points alias butir-butir pelajaran atau isu-isu yang bisa disarikan dari kasus.
f.        Jika kasus itu masih akan digunakan pada aktivitas selanjutnya, fasilitator bisa mengaitkan diskusi tersebut dengan aktivitas berikut yang dimaksud

Jenis-jenis studi kasus
Jenis studi kasus menunjuk pada isi atau tujuan kasus disajikan, bisa sebagai titik tolak diskusi, perangsang berfikir bersama, latihan memilih tindakan, atau ilustrasi permasalahan tertentu. Sesuai isi atau tujuannya itu, studi kasus dibedakan menjadi:
a.       Studi kasus klasik.
Sebagai titik tolak diskusi tentang apa yang terjadi dalam situasi yang dideskripsikan, apa yang terjadi itu bisa dibenarkan atau tidak, bagaimana situasi itu bisa timbul, dan bagaimana mengatasi atau menghindari situasi serupa.  
b.      Studi kasus gateway
Sebagai perangsang berfikir, menciptakan kebutuhan untuk belajar, atau sebagai sarana untuk menyajikan role play atau latihan lain.
c.       Vignette
Sering disebut mini case, yaitu sebuah studi kasus  pendek dan sederhana, biasanya bertujuan melatih peserta memilih tindakan atau menguji kemampuan peserta menggunakan kemampuan baru
d.      Kasus contoh positif
Memberikan ilustrasi tentang cara melakukan sesuatu dengan benar. Jenis kasus seperti ini tidak selalu positif, sebab biasanya berat sebelah sehingga tidak merangsang diskusi.

Ragam format studi kasus
Format studi kasus menunjuk struktur atau cara isi kasus disajikan. Ada yang berbentuk flash back, berupa deskripsi situasi, berupa dialog, atau berupa analisis. Berdasarkan format atau struktur penyajiannya, studi kasus dibedakan menajadi:
a.       Retrospektif atau flash back
b.      Gabungan antara latar belakang dan dialog (missal situasi kerja dan dialog antara atasan dan bawahan)
c.       Situasi sama dideskripsikan darisbeberapa sudut pandang
d.      Narasi murni atau analisis, biasanya panjang, lazim dipakai di lingkungan akademik seperti sekolah-sekolah bisnis

Langkah-langkah penyusunan studi kasus
a.       Rumuskan dulu butir-butir pelajaran dan isu yang hendak disampaikan
b.      Tentukan jenis studi kasus dan pilih situasi yang mampu mengilustrasikan butir-butir pelajaran yang hendak disampaikan, sambil mempertimbangkan faktor-faktor berikut
1)      Apakah harus berupa situasi nyata, rekaan, atau gabungan antara keduanya
2)      Situasi mana yang paling relevan atau paling diakrabi oleh peserta
3)      Jangan terlalu teknis atau mudah ditangkap maksudnya, agar peserta tidak tergiring kea rah tertentu
4)      Situasi itu jangan terlalu bernuansa politis, sehingga bisa mendorong peserta untuk mengemukakan pandangan yang tidak objektif
c.       Rancanglah detail situasi kasusnya secara cermat, sperti tokoh yang dimunculkan dankerangka waktu yang dipakai.
d.      Dalam merancang tokoh dan tindakan yang dilakukan, dengan narasumber. Siapkanlah isu-isu yang mengundang pro-kontra secara cermat, agar isu-isu controversial itu muncul dalam kasus
e.      Lakukan penelitian atau wawancara seperlunya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Dibutuhkan contoh peristiwa – kejadian yang relavan dan informasi pendukung masing-masing sudut pandang yang akan didiskusikan secara seimbang

Faktor-faktor yang bisa menggagalkan penyelenggaraan studi kasus
Penyelenggaraan metode studi kasus bisa tidak efektif atau gagal mencapai tujuan yang diharapkan, karena studi kasusnya memiliki cirri-ciri berikut ini:
a.       Kurang kompleks (hanya menyajikan rangkaian persoalan atau butir-butir gagasan, tidak member kesempatan kepada peserta untuk menemukannya sendiri)
b.      Tidak mencerminkan realitas, karena alasan-alasan sebagai berikut; tokoh-tokoh tidak nyata, bahasanya tidak realistic, peristiwa kejadiannya terlampau hitam-putih, atau gabungan antara ketiganya.
c.       Mengandung infoemasi yang tidak perlu atau terlampau teknis
d.      Gagal mengarahkan peserta ke arah yang kita inginkan. Missal, mungkin kita ingin mengarahkan peserta agar; 1) menyatakan pendapat pribadinya, ternyata tidak; 2) merasa terusik, ternyata tidak perduli; 3) dibuat sadar akan situasi hidup mereka sendiri, ternyata malah merasa bahwa tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam kasus tidak nyata; 4) terdorong untuk bertukar pikiran, ternyata malah pasif.
e.      Tidak mengandung informasi yang mampu memancing aneka pandangan dalam diskusi
f.        Menggunakan bahan yang terlalu dekat dengan kenyataan hidup sehari-hari para peserta sehingga justru membuat mereka tertarik untuk mendiskusikan isi kasus itu seolah-olah sebagai hal yang nyata.
Mengandung informasi yang tidak tepat atau menyesatkan.


Jumat, 19 Juli 2013

Memilih Sumber Daya Manusia Kompeten

Oleh Kiki Kurniawan S. Psi

Bismillahirahmannirahim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Para pembaca yang di rahmati Allah. Pernah suatu ketika anak saya (Kirana 3th) suatu malam mau makan bubur. Karena tidak ada yang jual bubur di malam hari maka saya putuskan untuk membuat sendiri. Saya sering makan bubur, tapi tidak punya pengalaman membuat bubur. Saya pikir ah keliatannya kalo bikin bubur itu mudah. Saya lalu menyiapkan bahan dan peralatan. Antara lain wajan, sendok makan, beras dan air bersih. Singkat cerita, saya lalu mulai memasak bubur. Memasak nasi dan bubur saya pikir tentulah tidak jauh berbeda. Tinggal kasi air lebih banyak dari memasak nasi., dan jadi deh. Pikir saya. Tapi kenyataannya tidak demikian. Setelah beras dalam wajan mendidih, ia tak kunjung lembut, sehingga saya harus terus mengaduk-aduk beras tersebut agar tidak lengket dan mengeras. Karena saya mengaduk dengan sendok makan, maka lama-lama tangan saya semakin pegal, adukan terasa makin keras, tangan menjadi panas karena dekat dengan wajan, air mulai menyusut tapi tidak menunjukkan tanda-tanda nasi akan menjadi bubur. Lalu saya tambahkan lagi air matang. Ternyata masih kurang. Saya tambah sampai beberapa kali, sambil terus mengaduk-aduk. Keringat pun mulai bercucuran, tangan kanan dan dangan kiri silih berganti mengaduk nasi yang sengah bubur itu. Pikiran berkecamuk, jadi nggak ni bubur ya?. Belum lagi ternyata nasi itu mengembang. Prediksi saya meleset. Wajan yang saya gunakan ternyata tidak mampu menampung 3 gelas beras yang saya masukkan, sehingga membuat saya kerepotan harus mengganti dengan wajan yang lebih besar lagi. Aduk, aduk, dan aduk terus sambil menambah air dikit demi sedikit. Karena bubur tidak boleh menjadi terlalu kental atau terlalu encer, harus pas.
Perjuangan membuat bubur akhirnya saya cukupkan. Saya rasa, benda ini sudah bisa saya katakan bubur.  misi selesai. Kurang lebih satu jam saya berjuang, anak saya sudah ngantuk. bubur pun jadi begitu banyak. Anak saya makan sedikit, saya dan istri pun sudah makan cukup banyak tapi juga tidak mampu menghabiskan bubur bikinan saya itu. Jika bersisa sampai pagi tentu sudah tidak berselera.
Ada pepatah mengatakan ‘nasi telah menjadi bubur’. Pepatah itu ternyata tidaklah dapat disamakan dengan teknik membuat bubur. Bubur bukanlah nasi yang terlampau lembek, atau nasi yang gagal dimasak kaerena kebanyakan air. Membuat bubur perlu teknik dan peralatan yang tidak sama dengan mananak nasi. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya memang sering makan bubur, tapi tidak pernah membuat bubur. lantas, sering makan bubur tidak serta merta membuat saya jadi bisa membuat bubur. Perlu dari sekedar kemauan dan motivasi untuk dapat membuat bubur. seperti pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan tentunya cita rasa.
Pengalaman saya ini membuat saya belajar banyak. Bahwa untuk menciptakan produk yang unggul perlu sumber daya manusia yang berkompeten. Produk ungul itu bisa macam-macam. Bisa barang, jasa, ide kreatif, program kerja atau apapun.
Khususnya di dalam organisasi atau perusahaan, bagaimana nasibnya jika salah memasukkan SDM. Atau dengan kata lain SDM yang menjadi motor perusahaan tidak memiliki kompetensi untuk membuat perusaan lebih maju.
Dari mana mulanya kesalahan ini? Jawabnya dari rekrutment.
Bagaimana jika sudah terlanjur? Jawabnya adalah melakukan pelatihan, resikonya akan keluar biaya dan menyita waktu dan tenaga. Namun, untuk kebaikan, hal ini patut dilakukan.
Maka dari itu, sebelum mendapatkan SDM yang tepat, perlu adanya seleksi karyawan. Seleksi karyawan biasanya dilakukan dengan metode-metode tertentu, seperti tes psikologi, tes praktek, wawancara dengan metode tertentu dan lain sebagainya. Untuk melakukan prosedur tes pun tidak semua orang dapat melakukan. Bahkan pemilik atau manajer perusahaan sekalipun. Tujuannya semata-mata untuk menghindari subjektivitas. Seleksi karyawan lazimnya dilakukan oleh HRD atau bagian personalia, namun apabila organisasi atau perusahaan belum memiliki dukungan bidang tersebut, perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan psikologi. Tidak menutup kemungkinan, untuk rekrutment dengan cakupan yang luas, atau untuk tujuan tertentu, perusahaan juga dapat menggunakan jasa konsultan psikologi.
Apakah biayanya mahal? Pertanyaan itu akan sangat dapat dijawab dengan kepuasan memiliki SDM berkualitas, loyal, menjadikan perusahaan lebih maju dan akhirnya menciptakan produk yang unggul yang memiliki cita rasa.
Terima kasih, semoga cerita dan pengalaman yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi pembaca semua

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

SELEKSI KARYAWAN

Indonesia National Consultant (INC) menawarkan salah satu jasa unggulannya yaitu seleksi karyawan. Seleksi karyawan adalah jasa menseleksi calon karyawan dengan metode psikologi yang sering disebut dengan psikotes.
Keuntungan yang diperoleh :
 Seluruh calon karyawan diseleksi dengan metode yang terstandar dan terukur sehingga mengurangi subjektivitas dalam proses seleksi
 Perusahaan mendapatkan gambaran kemampuan calon karyawan berdasarkan pengukuran yang meliputi kemampuan berfikir, kepribadian dan cara kerja
 Waktu pengerjaan laporan hanya 1 minggu (terhitung dari 1 hari setelah waktu pengetesan)
 Melalui hasil psikotes dapat diketahui hal-hal yang perlu ditingkatkan oleh perusahaan untuk mengoptimalkan kemampuan karyawan.

ESTIMASI BIAYA :
INC menawarkan beberapa bentuk investasi yang dapat dijadikan acuan kerjasama antara INC dengan perusahaan bapak/ibu, seperti :
 Paket A : Psikotes + waktu pengerjaan laporan 1 minggu dan laporan rangking (terlampir) Rp. 75.000/ calon karyawan
 Paket B : Psikotes + waktu pengerjaan laporan 1 minggu dan laporan deskripsi kemampuan karyawan (terlampir) Rp. 150.000/ calon karyawan
Demikian penawaran ini kami sampaikan untuk mempermudah dan memperlancar kerjasama yang akan dan terus terjalin. Kami dengan senang hati menyambut kedatangan anda beserta rekan-rekan di INC .

Informasi, hubungi yoga: 08195570029

Kamis, 18 Juli 2013

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN (PELAJAR)

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN (PELAJAR)
Kementrian Koperasi dan UKM menegaskan bahwa Indonesia setidaknya membutuhkan lebih dari
3,5 juta wirausaha untuk dapat mejadi negara yang kuat ekonominya. Peluang itu tentu sangat besar
dan bisa diraih oleh siapa saja, tidak terbatas golongan, baik yang berpendidikan biasa, atau yang berusia muda. Sudah saatnya YANG MUDA YANG BERKARYA, melalui program pelatihan kewirausahaan, siswa akan mendapatkan beragam pengetahuan serta pengalaman praktis dari wirausahawan yang telah sukses, bahkan bisa langsung praktek membuat proposal usaha
HARGA         Rp 700.000/Angkatan
DISCOUNT   -
METODE    
Klasikal

Informasi dapat menghubungi telepon 08195570029/085290106560

Alamat Perum Griya Taman Asri Blok D No 231. Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta

STUDY MAPPING

STUDY MAPPING
merupakan langkah paling efektif untuk membuka wawasan dan pengetahuan siswa akan kesesuaian
antara minat bakat dan jalur pendidikan. keuntungannya, siswa jadi dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan, nyaman dalam belajar karena sesuai
dengan minat bakat, serta tidak rugi biaya dan waktu.
HARGA         Rp 500.000/angkatan
DISCOUNT   -
METODE      Klasikal

PROGRAM + Study Mapping dapat dikloborasikan dengan
tes psikologis untuk melihat minat dan bakat siswa.
Untuk melakukan ini dikenakan biaya tambahan Rp 45.000/orang

Informasi dapat menghubungi telepon 08195570029/085290106560

Alamat Perum Griya Taman Asri Blok D No 231. Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta




ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING atau lebih dikenal dengan AMT, merupakan suatu
pelatihan yang telah terbukti berimbas positif meningkatkan motivasi belajar siswa. AMT umumnya diberikan pada siswa baru atau siswa yang akan menghadapi ujian.
HARGA         Rp 800.000/angkatan
DISCOUNT   --    
METODE      Klasikal
Informasi dapat menghubungi telepon 08195570029/085290106560
Alamat, Perum Griya Taman Asri Blik D No 231. Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta.

Talent Mapping (Potential Review)

INC menawarkan program menarik bagi kamu yang: Baru masuk kuliah, sedang menempuh kuliah, udah mau lulus, baru lulus, atau udah bekerja.. intinya semua bisa deh. Yaitu TALENT MAPPING.
Talent Mapping atau dikenal juga dengan Potential Review merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui potensi yang kita miliki, bagaimana cara mengembangkan serta profesi atau pekerjaan apa yang sesuai untuk kita. Talent Maping dilakukan dengan metode psikologi sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan

Assessment dilaksanakan setiap sabtu antara jam 08.00 sampai 16.00
Kontribusi peserta sebesar Rp 75.000 /orang
Peserta akan mendapatkan hasil potential riview, mocking interview, serta konseling karir.
Informasi dapat menghubungi telepon 08195570029/085290106560
Alamat, Perum Griya Taman Asri Blik D No 231. Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta.

Psikotest

Oleh Tyas Adiningsih S. Psi

Masihberkaitandengan topic tulisansebelumnyamengenai tips menghadapipsikotesnih, ayokitakuliklebihdalamlagitentangapasihpsikotesitu.
SayayakinpastisudahpadagakasingdenganistilahPSIKOTES.Tapiapapada tau gakapaitupsikotes?
KalaumenurutJurnal yang sayabaca, yang ditulisoleh Framingham, J. (2011) Psikotesadalahsuatutes yang dirangkaiolehkombinasidaribeberapateknikuntukmembantumenggambarkanseseorangdanjugaperilaku, kepribadian, jugakemampuan yang dimiliki. Siapasaja yang berhakmelakukanpsikotes?Tentuparapsikolog yang sudahmemilikilisensiresmikeprofesiannya, atau psychology trainee daniniharus di bawahbimbinganpsikologresmi.
Siapa yang sudahpernahmelakukanpsikotespastisadarsaatmelakukantesadamacam-macam model danrangkaiantesnyakan?
Ada beberapakomponendaripsikotes, sayakasihulasansingkat yah:
1.       Norm Referenced Tests
Tesinisudahada standard nyatersendiri.Sudahadasecarapastiaspek-aspekapasaja yang maudilihatdarites yang akandiberikan, biasanyasihaspek yang ingindilihatseputarpengetahuan, skill, dankepribadiannya. Tesinimemangsudahterkonsepkarenahasil yang diperolehnantimudahuntukdikomparasikandenganhasilpesertateslainnya.
Dalamperkembangannyakinitesinisudahmampumengupaslebihbanyakaspeksepertikemampuanaritmatika, berbahasa, kemampuan visual-motor, motoric kasar + motoric halus, dsb.
Jadikalausaatmengerjakantes yang model sepertiinigakperluambilpusingsoalkira-kiraaspekapa yang akandiukur, tapikerjakansajatesnyasemaksimalmungkin.
2.       Interviews
Nah inigakkalahpentingsamatestertulisnyaloh, interview inijugadiperlukanuntuklebihmenggaliinformasi-informasispesifikdariseseorang. Interview bisadilakukansebelumatausetelahtestertulis.Biasanyameliputipertanyaantentangpribadiseeorang, pengalamanmasakecil, aktivitas (bisasaatsekolahataudalampekerjaan), jugabisameliputisejarahdanlatarbelakangkeluarga.
3.       Observations
Observasiinibiasadilakukanuntukmendukunginformasi-informasi yang sudahdidapatdaritesdanjuga interview.Bisamembantupsikologdalammelakukanpenilaiandenganlebihbaik.Idealnyadilakukan di natural setting, kalau di dunia photography ini yang dikenaldengan candid hihihihihi….
4.       Informal Assessments
Tesinirelatifjarangdigunakan, karenabiasanyatesinidilakukanjikaterdapatketerbatasanseseorangdalammengerjakantes formal.Karenasifatnya yang substitute dankomplementerjadipenggunaannyaharuslebihhati-hatikarenabisajadivaliditasnyabelumterujisecarailmiah.

Psikologmengumpulkansemuainformasiberdasarkomponen-komponentersebutlaludirangkaimenjadisuatugambaran yang lengkapdankomprehensifmengenaiseseorang yang telahmelakukanpsikotestersebut.Jadiperludiingatbahwarekomendasi yang dibuatberdasarkanpsikotestidakterfokushanyapadasatutesapalagisatunomortes.Seorangpsikologdalammembuatlaporanhasilpemeriksaanpsikologistidakterpakuhanyapadakelemahanseseorangnamunjugapadakekuatan orang tersebut.
Jadiapamasihmaupercayadengantrik-triktakhayuldalammensiasatialattes? Lebihbaikmempersiapkankesehatanfisikdan mental agar saatmengerjakantesbisamaksimal.Dan liriklagidehpostingansebelumnya.Semogabermanfaat ya.
SEMANGAT!!


Sumber: Framingham, J. (2011). What is Psychological Assessment?.Psych Central. Retrieved on July 16, 2013, from http://psychcentral.com/lib/2011/what-is-psychological-assessment/


Seleksi Karyawan : Validitas

Oleh: Yoga Arya Kuswanto Spsi., M.Psi

Dalam melakukan seleksi yang dilakukan adalah menggunakan berbagai macam tes juga mengharuskan calon karyawan untuk melengkapi syarat-syarat tertulis. Bukan sebuah keanehan dan bukan lagi rahasia hal itu dilakukan untuk bisa mengetahui segala sesuatu dari para calon pekerja harapannya adalah dari semua data dan informasi yang diketahui tersebut maka perusahaan bisa memprediksi bagaimana hasil kerja dari calon karyawan tersebut bila diterima.
Ada berbagai macam cara yang dilakukan untuk memprediksi hal tersebut namun pernahkah muncul bagaimana tingkat keakuratan segala macam tes tersebut untuk dapat memprediksi kemampuan seseorang. Berikut akan saya tampilkan table mengenai tingkat ke valid an ,tingkat keadilan dan seberapa tinggi tingkat penerapannya untuk berbagai macam posisi serta biaya yang digunakan.
Oke sebelum masuk ke macam-macam metode prediksi mari kita samakan pengertian mengenai valid,keadlian,biaya dan penerapan.
1.       Validitas : kemampuan predictor untuk dijadikan penduga yang akurat bagi criteria
2.       Fairness : kemampuan predictor untuk memberikan perkiraan yang bebas bias pada beragam pelamar yang berbeda jenis kelamin,ras , usia dan kondisi lainnya
3.       Dapat diterapkan : yaitu kemampuan predictor untuk dapat digunakan pada berama jenis pekerjaan dan beragam tipe pelamar
4.       Biaya : kemampuan predictor dari segi efisiensi pendanaan
Berikut perbandigan antar metode predictor :

Standar
Metode Seleksi
Validitas
Fairness
Penerapan
Biaya
Tes Intelegensi
Sedang
Sedang
Tinggi
Rendah
Tes Minat & Bakat
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Tes Kepribadian & Minat
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Interview
Rendah
Sedang
Tinggi
Sedang
Contoh kerja
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tugas Situasional
Sedang
Tidak diketahui
Rendah
Sedang
Infromasi Biografis
Tinggi
Sedang
Tinggi
Rendah
Penilaian kelompok
Tinggi
Sedang
Rendah
Rendah
Surat rekomendasi
Rendah
Tidak diketahui
Tinggi
Rendah
 
Setelah anda tahu apa saaja yang dapat digunakan untuk seleksi dan digunakan memprediksi kemampuan calon karyawan ketika nanti bekerja. Membuat anda tidak sembarangan dalam melakukan proses seleksi karena rekrutmen seleksi adalah pintu masuknya karyawan yang saat ini merupakan modal penting bagi kesuksesan perusahaan jadi ketika yang masuk adalah orang yang tepat maka perusahaan akan mendapat hasil yang diharapkan namun ketika yang masuk adalah orang yang salah maka perputaran roda perusahaan akan ikut terganggu.
Dikutip dari Buku :Psikologi Industri dan Organisasi,

 Yuwono,I.,Suhariadi,F.,Handoyo,S.,Fajrianthi.,Muhamad,,B.,Septarini,G,B.2005,Fakultas Psikologi Airlangga : Surabaya

Senin, 01 Juli 2013

Agar sehat saat cuaca tidak bersahabat

Oleh: Tyas Adiningsih S. Psi

Cuaca lagi ajaib yah? hayo ngaku 2 bulan terakhir sudah sakit berapa kali? penyakit rutin pasti deh batuk dan pilek, masih untung kalau gak pake demam. cuaca gini kata SEHAT jadi agak langka, sebenarnya apa sih sehat atau kesehatan itu?
Apa sekedar gak pernah sakit lalu bisa dikatakan sehat? jangan salah, kalau kata penelitian WHO sehat itu bukan sekedar gak sakit, sehat itu adalah suatu keadaan dimana kita merasa lengkap baik secara fisik, mental atau psikis dan juga kesejahteraan.
Nah loo, jadi ternyata tidak sesimple yang dibayangkan ya? karena ada 3 unsur tersebut untuk unsur kesehatan fisik mungkin lebih mudah memantaunya misal hidung meler berarti pilek, uhuk-uhuk berarti batuk, sedangkan 2 unsur lainnya relatif lebih sulit. Bagaimana caranya mendapatkan kehidupan psikis yang sehat dan meraih kesejahteraan? mengapa dikatakan sulit? karena tidak ada ukuran yang pasti untuk 2 kategori ini, karena ukurannya berdasarkan persepsi masing-masing lebih tepatnya bagaimana persepsi terhadap kualitas kehidupan masing-masing.Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti:
- Budaya
- nilai-nilai yang diyakini
- harapan
- standard nilai pribadi
- tujuan dan kepentingan
lalu bagaimana cara kita meningkatkan kualitas kehidupan ?
1. Menyehatkan FISIK
- memastikan setiap hari yang kita lalui dipenuhi dengan energi yang positif dengan cara rutin olah raga, memiliki pikiran positif, dsb
- mengupayakan untuk selalu memberikan diri kita situasi yang nyaman, bagaimana caranya? tidak emnunda pekerjaan, menjaga kebersihan, dsb
- memastikan tubuh kita mendapatkan tidur dan istirahat yang cukup
2. menyehatkan psikologis
- STOP menjelekkan diri sendiri, akui kekurangan namun lakukan perbaikan bukan meratapi misal 'OKE saya memang berperut BUNCIT, kalau begitu saya harus olahraga 30menit setiap hari selama 3 bulan untuk menghilangkannya'
- menghargai diri sendiri
- memandirikan diri sendiri, lakukan sendiri hal-hal yang masih mampu kamu lakukan sendiri, selain itu akui juga kalau memang kamu harus tergantung dengan sesuatu, misal 'Oke saya asthma, jadi saya harus selalu sedian inhaler untuk berjaga-jaga"
3. Hubungan Sosial
- Berapa teman dekat ku?
- Bagaimana cara menghabiskan waktu libur?
- Bagaimana hubungan dengan pasangan saat ini?
4. Lingkungan
- Keuangan, apa kabar kalau akhir bulan? duh jadi inget sama dompet pribadi nih!
- Keadaan lingkungan: maksudnya nih aman gak lingkungan sekitar, akses kalau butuh ke RS, ke Kantor pos, keadaan sinyal (sekarang kalau gak dapet sinyal bikin stress), ke Kantor polisi, transport, dsb
- fasilitas liburan: kapan terakhir liburan? kemana? hayuk mulai cantumin ini di to do list masing-masing, gak perlu yang mahal kok, yang penting kan kualitasnya
5. AGAMA
penting ini untuk selalu mengingat Tuhan, gak cuma mengingat yah juga dekat dengan Nya
Jadi untuk meningkatkan kesehatan kita sudah dapat jawabannya kan? ayo tingkatkan kualitas kehidupan kita dulu, yakinlah kesehatan akan mengikuti, asal semua dilakukan tidak dengan berlebihan, sesuai dengan proporsi atau berimbang. sehatkan diri lalu sehatkan bangsa. DEMI KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK!

- Semoga Bermanfaat -