Bismillahirahmannirahim.
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Para pembaca yang di rahmati Allah. Pernah suatu ketika anak
saya (Kirana 3th) suatu malam mau makan bubur. Karena tidak ada yang jual bubur
di malam hari maka saya putuskan untuk membuat sendiri. Saya sering makan
bubur, tapi tidak punya pengalaman membuat bubur. Saya pikir ah keliatannya kalo bikin bubur itu mudah. Saya
lalu menyiapkan bahan dan peralatan. Antara lain wajan, sendok makan, beras dan
air bersih. Singkat cerita, saya lalu mulai memasak bubur. Memasak nasi dan
bubur saya pikir tentulah tidak jauh berbeda. Tinggal kasi air lebih banyak
dari memasak nasi., dan jadi deh. Pikir
saya. Tapi kenyataannya tidak demikian. Setelah beras dalam wajan mendidih, ia
tak kunjung lembut, sehingga saya harus terus mengaduk-aduk beras tersebut agar
tidak lengket dan mengeras. Karena saya mengaduk dengan sendok makan, maka
lama-lama tangan saya semakin pegal, adukan terasa makin keras, tangan menjadi
panas karena dekat dengan wajan, air mulai menyusut tapi tidak menunjukkan
tanda-tanda nasi akan menjadi bubur. Lalu saya tambahkan lagi air matang. Ternyata
masih kurang. Saya tambah sampai beberapa kali, sambil terus mengaduk-aduk. Keringat
pun mulai bercucuran, tangan kanan dan dangan kiri silih berganti mengaduk nasi
yang sengah bubur itu. Pikiran berkecamuk, jadi
nggak ni bubur ya?. Belum lagi ternyata nasi itu mengembang. Prediksi saya
meleset. Wajan yang saya gunakan ternyata tidak mampu menampung 3 gelas beras
yang saya masukkan, sehingga membuat saya kerepotan harus mengganti dengan
wajan yang lebih besar lagi. Aduk, aduk, dan aduk terus sambil menambah air
dikit demi sedikit. Karena bubur tidak boleh menjadi terlalu kental atau
terlalu encer, harus pas.
Perjuangan membuat bubur akhirnya saya cukupkan. Saya rasa,
benda ini sudah bisa saya katakan bubur. misi selesai. Kurang lebih satu jam saya berjuang,
anak saya sudah ngantuk. bubur pun jadi begitu banyak. Anak saya makan sedikit,
saya dan istri pun sudah makan cukup banyak tapi juga tidak mampu menghabiskan
bubur bikinan saya itu. Jika bersisa sampai pagi tentu sudah tidak berselera.
Ada pepatah mengatakan ‘nasi telah menjadi bubur’. Pepatah
itu ternyata tidaklah dapat disamakan dengan teknik membuat bubur. Bubur
bukanlah nasi yang terlampau lembek, atau nasi yang gagal dimasak kaerena
kebanyakan air. Membuat bubur perlu teknik dan peralatan yang tidak sama dengan
mananak nasi. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, saya memang sering makan
bubur, tapi tidak pernah membuat bubur. lantas, sering makan bubur tidak serta
merta membuat saya jadi bisa membuat bubur. Perlu dari sekedar kemauan dan
motivasi untuk dapat membuat bubur. seperti pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, dan tentunya cita rasa.
Pengalaman saya ini membuat saya belajar banyak. Bahwa untuk
menciptakan produk yang unggul perlu sumber daya manusia yang berkompeten. Produk
ungul itu bisa macam-macam. Bisa barang, jasa, ide kreatif, program kerja atau
apapun.
Khususnya di dalam organisasi atau perusahaan, bagaimana
nasibnya jika salah memasukkan SDM. Atau dengan kata lain SDM yang menjadi motor perusahaan tidak memiliki
kompetensi untuk membuat perusaan lebih maju.
Dari mana mulanya kesalahan ini? Jawabnya dari rekrutment.
Bagaimana jika sudah terlanjur? Jawabnya adalah melakukan
pelatihan, resikonya akan keluar biaya dan menyita waktu dan tenaga. Namun,
untuk kebaikan, hal ini patut dilakukan.
Maka dari itu, sebelum mendapatkan SDM yang tepat, perlu
adanya seleksi karyawan. Seleksi karyawan biasanya dilakukan dengan
metode-metode tertentu, seperti tes psikologi, tes praktek, wawancara dengan
metode tertentu dan lain sebagainya. Untuk melakukan prosedur tes pun tidak
semua orang dapat melakukan. Bahkan pemilik atau manajer perusahaan sekalipun. Tujuannya
semata-mata untuk menghindari subjektivitas. Seleksi karyawan lazimnya
dilakukan oleh HRD atau bagian personalia, namun apabila organisasi atau
perusahaan belum memiliki dukungan bidang tersebut, perusahaan dapat
menggunakan jasa konsultan psikologi. Tidak menutup kemungkinan, untuk
rekrutment dengan cakupan yang luas, atau untuk tujuan tertentu, perusahaan juga
dapat menggunakan jasa konsultan psikologi.
Apakah biayanya mahal? Pertanyaan itu akan sangat dapat
dijawab dengan kepuasan memiliki SDM berkualitas, loyal, menjadikan perusahaan
lebih maju dan akhirnya menciptakan produk yang unggul yang memiliki cita rasa.
Terima kasih, semoga cerita dan pengalaman yang saya
sampaikan dapat bermanfaat bagi pembaca semua
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar