Bagi anda yang sudah biasa atau akan merancang pelatihan, tentu sudah pernah mendengar metode studi kasus kan. Kali ini saya menyadur buku yang berjudul Program dan Modul Psikoedukasi terbitan Universitas Sanata Dharma yang di tulis oleh A. Supratiknya. Buku yang pertama kali dicetak tahun 2008 ini memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana merancang studi kasus didalam pelatihan. Semoga Bermanfaat.
Arti dan tujuan
Studi kasus adalah deskripsi tentang suatu situasi yang
disajikan entah secara tertulis, lewat rekaman audio, atau lewat rekaman video.
Tugas peserta adalah mempelajari
dan mendiskusikannya dengan panduan
pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh fasilitator. Lazimnya diskusi
difokuskan pada isu-isu yang terdapat di dalam situasi yang dideskripsikan:
tindakan apa yang perlu dilakukan atau pelajaran-pelajaran apa yang bisa dipetik,
serta cara mengatasi atau mencegah agar situasi sejenis tidak terjadi di masa
mendatang.
Tujuan latihan ini adalah melatih peserta mampu merumuskan
sendiri pelajaran-pelajaran dari situasi itu, tidak sekedar menerimanya dari
fasilitator. Peserta dilatih menerapkan proses berfikir yang diperlukan untuk
meganalisis sebuah situasi nyata serta mengidentifikasi berbagai alternative
tindakan. Metode ini tidak bertujuan mengajarkan solusi yang benar untuk
menghadapi situasi problematic tertentu, melainkan melatih peserta menganalisis
dan menemukan solusi atas suatu situasi yang bermasalah.
Syarat
keberhasilan
Secara khusus, metode ini efektif diterapkan bila memenuhi
satu atau lebih hal berikut ini:
a.
Tujuannya adalah
1)
Menumbuhkan kesadaran, bukan keterampilan
tertentu
2)
Melatih keterampilan menganalisis, bukan
memberikan jawaban yang benar.
3)
Mensimulasikan situasi kehidupantertentu dengan
menggunakan sarana dan waktu yang relatih terbatas
4)
Mendorong peserta untuk berperan serta
5)
Menunjukkan bahwa isi program tidak bersifat
konseptual semata, melainkan terkait dengan kehidupan nyata.
6)
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
mengungkapkan gagasan atau perasaan mereka.
7)
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menguji kesahihan pendapat mereka, menguji kemampuan mereka menganalisis
situasi dan menemukan solusi.
8)
Menguji pemahaman peserta tentang aneka konsep,
pendekatan, dan isu.
b.
Materi yang dibahas
1)
Kompleks dan berdimensi banyak.
2)
Bukan isu yang mengarah pada satu jawaban
tunggal
c.
Kelompok terdiri dari anggota yang memiliki
cirri-ciri
1)
Cukup terpelajar, mampu mengorganisasikan dan
mengolah informasi dalam jumlah yang banyak.
2)
Terampil menganailsis
3)
Berjumlah cukup besar (10-30 peserta), dan lebih
tepat dilaksanakan dalam bentuk partisipasi individual (peserta tidak dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil)
4)
Percaya diri, fasih mengungkapkan gagasan, dan
mampu saling memberikan tanggapan secara konstruktif
5)
Memiliki pengetahuan tentang isu yang diangkat,
sehingga mampu mengungkapkan pandangan dan perasaan mereka tentang isu yang bersangkutan
Langkah-langkah
penyelenggaraan
a.
Fasilitator menyajikan kasus dan membantu
peserta menemukan fokus
b.
Peserta diminta membaca dan menganalisis kasus
sebagai persiapan diskusi
c.
Fasilitator memulai dan membimbing diskusi,
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melakukan pendalaman dan
memberikan ringksan.
d.
Fasilitator bisa menggunakan flipchart atau
papan tulis atau computer viewer untuk mendokumentasikan atau mencatat
hasil-hasil diskusi
e.
Fasilitator meringkas learning points alias
butir-butir pelajaran atau isu-isu yang bisa disarikan dari kasus.
f.
Jika kasus itu masih akan digunakan pada
aktivitas selanjutnya, fasilitator bisa mengaitkan diskusi tersebut dengan
aktivitas berikut yang dimaksud
Jenis-jenis studi
kasus
Jenis studi kasus menunjuk pada isi atau tujuan kasus
disajikan, bisa sebagai titik tolak diskusi, perangsang berfikir bersama,
latihan memilih tindakan, atau ilustrasi permasalahan tertentu. Sesuai isi atau
tujuannya itu, studi kasus dibedakan menjadi:
a.
Studi kasus klasik.
Sebagai titik tolak diskusi tentang apa
yang terjadi dalam situasi yang dideskripsikan, apa yang terjadi itu bisa
dibenarkan atau tidak, bagaimana situasi itu bisa timbul, dan bagaimana
mengatasi atau menghindari situasi serupa.
b.
Studi kasus gateway
Sebagai perangsang berfikir, menciptakan kebutuhan
untuk belajar, atau sebagai sarana untuk menyajikan role play atau latihan
lain.
c.
Vignette
Sering disebut mini case, yaitu sebuah
studi kasus pendek dan sederhana,
biasanya bertujuan melatih peserta memilih tindakan atau menguji kemampuan
peserta menggunakan kemampuan baru
d.
Kasus contoh positif
Memberikan ilustrasi tentang cara melakukan
sesuatu dengan benar. Jenis kasus seperti ini tidak selalu positif, sebab
biasanya berat sebelah sehingga tidak merangsang diskusi.
Ragam format studi
kasus
Format studi kasus menunjuk struktur atau cara isi kasus
disajikan. Ada yang berbentuk flash back, berupa deskripsi situasi, berupa
dialog, atau berupa analisis. Berdasarkan format atau struktur penyajiannya,
studi kasus dibedakan menajadi:
a.
Retrospektif atau flash back
b.
Gabungan antara latar belakang dan dialog
(missal situasi kerja dan dialog antara atasan dan bawahan)
c.
Situasi sama dideskripsikan darisbeberapa sudut
pandang
d.
Narasi murni atau analisis, biasanya panjang,
lazim dipakai di lingkungan akademik seperti sekolah-sekolah bisnis
Langkah-langkah
penyusunan studi kasus
a.
Rumuskan dulu butir-butir pelajaran dan isu yang
hendak disampaikan
b.
Tentukan jenis studi kasus dan pilih situasi
yang mampu mengilustrasikan butir-butir pelajaran yang hendak disampaikan,
sambil mempertimbangkan faktor-faktor berikut
1)
Apakah harus berupa situasi nyata, rekaan, atau
gabungan antara keduanya
2)
Situasi mana yang paling relevan atau paling
diakrabi oleh peserta
3)
Jangan terlalu teknis atau mudah ditangkap
maksudnya, agar peserta tidak tergiring kea rah tertentu
4)
Situasi itu jangan terlalu bernuansa politis,
sehingga bisa mendorong peserta untuk mengemukakan pandangan yang tidak
objektif
c.
Rancanglah detail situasi kasusnya secara
cermat, sperti tokoh yang dimunculkan dankerangka waktu yang dipakai.
d.
Dalam merancang tokoh dan tindakan yang
dilakukan, dengan narasumber. Siapkanlah isu-isu yang mengundang pro-kontra
secara cermat, agar isu-isu controversial itu muncul dalam kasus
e.
Lakukan penelitian atau wawancara seperlunya
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Dibutuhkan contoh peristiwa –
kejadian yang relavan dan informasi pendukung masing-masing sudut pandang yang
akan didiskusikan secara seimbang
Faktor-faktor yang
bisa menggagalkan penyelenggaraan studi kasus
Penyelenggaraan metode studi kasus bisa tidak efektif atau
gagal mencapai tujuan yang diharapkan, karena studi kasusnya memiliki
cirri-ciri berikut ini:
a.
Kurang kompleks (hanya menyajikan rangkaian
persoalan atau butir-butir gagasan, tidak member kesempatan kepada peserta
untuk menemukannya sendiri)
b.
Tidak mencerminkan realitas, karena
alasan-alasan sebagai berikut; tokoh-tokoh tidak nyata, bahasanya tidak
realistic, peristiwa kejadiannya terlampau hitam-putih, atau gabungan antara
ketiganya.
c.
Mengandung infoemasi yang tidak perlu atau
terlampau teknis
d.
Gagal mengarahkan peserta ke arah yang kita
inginkan. Missal, mungkin kita ingin mengarahkan peserta agar; 1) menyatakan
pendapat pribadinya, ternyata tidak; 2) merasa terusik, ternyata tidak perduli;
3) dibuat sadar akan situasi hidup mereka sendiri, ternyata malah merasa bahwa
tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam kasus tidak nyata; 4) terdorong untuk
bertukar pikiran, ternyata malah pasif.
e.
Tidak mengandung informasi yang mampu memancing
aneka pandangan dalam diskusi
f.
Menggunakan bahan yang terlalu dekat dengan
kenyataan hidup sehari-hari para peserta sehingga justru membuat mereka
tertarik untuk mendiskusikan isi kasus itu seolah-olah sebagai hal yang nyata.
Mengandung informasi yang tidak tepat atau
menyesatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar