Sabtu, 27 Juli 2013

METODE DISKUSI KASUS (CASE STUDY)

Oleh Kiki Kurniawan S. Psi

Bagi anda yang sudah biasa atau akan merancang pelatihan, tentu sudah pernah mendengar metode studi kasus kan. Kali ini saya menyadur buku yang berjudul Program dan Modul Psikoedukasi terbitan Universitas Sanata Dharma yang di tulis oleh A. Supratiknya. Buku yang pertama kali dicetak tahun 2008 ini memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana merancang studi kasus didalam pelatihan. Semoga Bermanfaat.


Arti dan tujuan
Studi kasus adalah deskripsi tentang suatu situasi yang disajikan entah secara tertulis, lewat rekaman audio, atau lewat rekaman video. Tugas peserta adalah mempelajari
dan mendiskusikannya dengan panduan pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan oleh fasilitator. Lazimnya diskusi difokuskan pada isu-isu yang terdapat di dalam situasi yang dideskripsikan: tindakan apa yang perlu dilakukan atau pelajaran-pelajaran apa yang bisa dipetik, serta cara mengatasi atau mencegah agar situasi sejenis tidak terjadi di masa mendatang.
Tujuan latihan ini adalah melatih peserta mampu merumuskan sendiri pelajaran-pelajaran dari situasi itu, tidak sekedar menerimanya dari fasilitator. Peserta dilatih menerapkan proses berfikir yang diperlukan untuk meganalisis sebuah situasi nyata serta mengidentifikasi berbagai alternative tindakan. Metode ini tidak bertujuan mengajarkan solusi yang benar untuk menghadapi situasi problematic tertentu, melainkan melatih peserta menganalisis dan menemukan solusi atas suatu situasi yang bermasalah.

Syarat keberhasilan
Secara khusus, metode ini efektif diterapkan bila memenuhi satu atau lebih hal berikut ini:
a.       Tujuannya adalah
1)      Menumbuhkan kesadaran, bukan keterampilan tertentu
2)      Melatih keterampilan menganalisis, bukan memberikan jawaban yang benar.
3)      Mensimulasikan situasi kehidupantertentu dengan menggunakan sarana dan waktu yang relatih terbatas
4)      Mendorong peserta untuk berperan serta
5)      Menunjukkan bahwa isi program tidak bersifat konseptual semata, melainkan terkait dengan kehidupan nyata.
6)      Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan gagasan atau perasaan mereka.
7)      Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menguji kesahihan pendapat mereka, menguji kemampuan mereka menganalisis situasi dan menemukan solusi.
8)      Menguji pemahaman peserta tentang aneka konsep, pendekatan, dan isu.
b.      Materi yang dibahas
1)      Kompleks dan berdimensi banyak.
2)      Bukan isu yang mengarah pada satu jawaban tunggal
c.       Kelompok terdiri dari anggota yang memiliki cirri-ciri
1)      Cukup terpelajar, mampu mengorganisasikan dan mengolah informasi dalam jumlah yang banyak.
2)      Terampil menganailsis
3)      Berjumlah cukup besar (10-30 peserta), dan lebih tepat dilaksanakan dalam bentuk partisipasi individual (peserta tidak dibagi dalam kelompok-kelompok kecil)
4)      Percaya diri, fasih mengungkapkan gagasan, dan mampu saling memberikan tanggapan secara konstruktif
5)      Memiliki pengetahuan tentang isu yang diangkat, sehingga mampu mengungkapkan pandangan dan perasaan mereka tentang isu yang bersangkutan
 
Langkah-langkah penyelenggaraan
a.       Fasilitator menyajikan kasus dan membantu peserta menemukan fokus
b.      Peserta diminta membaca dan menganalisis kasus sebagai persiapan diskusi
c.       Fasilitator memulai dan membimbing diskusi, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan, melakukan pendalaman dan memberikan ringksan.
d.      Fasilitator bisa menggunakan flipchart atau papan tulis atau computer viewer untuk mendokumentasikan atau mencatat hasil-hasil diskusi
e.      Fasilitator meringkas learning points alias butir-butir pelajaran atau isu-isu yang bisa disarikan dari kasus.
f.        Jika kasus itu masih akan digunakan pada aktivitas selanjutnya, fasilitator bisa mengaitkan diskusi tersebut dengan aktivitas berikut yang dimaksud

Jenis-jenis studi kasus
Jenis studi kasus menunjuk pada isi atau tujuan kasus disajikan, bisa sebagai titik tolak diskusi, perangsang berfikir bersama, latihan memilih tindakan, atau ilustrasi permasalahan tertentu. Sesuai isi atau tujuannya itu, studi kasus dibedakan menjadi:
a.       Studi kasus klasik.
Sebagai titik tolak diskusi tentang apa yang terjadi dalam situasi yang dideskripsikan, apa yang terjadi itu bisa dibenarkan atau tidak, bagaimana situasi itu bisa timbul, dan bagaimana mengatasi atau menghindari situasi serupa.  
b.      Studi kasus gateway
Sebagai perangsang berfikir, menciptakan kebutuhan untuk belajar, atau sebagai sarana untuk menyajikan role play atau latihan lain.
c.       Vignette
Sering disebut mini case, yaitu sebuah studi kasus  pendek dan sederhana, biasanya bertujuan melatih peserta memilih tindakan atau menguji kemampuan peserta menggunakan kemampuan baru
d.      Kasus contoh positif
Memberikan ilustrasi tentang cara melakukan sesuatu dengan benar. Jenis kasus seperti ini tidak selalu positif, sebab biasanya berat sebelah sehingga tidak merangsang diskusi.

Ragam format studi kasus
Format studi kasus menunjuk struktur atau cara isi kasus disajikan. Ada yang berbentuk flash back, berupa deskripsi situasi, berupa dialog, atau berupa analisis. Berdasarkan format atau struktur penyajiannya, studi kasus dibedakan menajadi:
a.       Retrospektif atau flash back
b.      Gabungan antara latar belakang dan dialog (missal situasi kerja dan dialog antara atasan dan bawahan)
c.       Situasi sama dideskripsikan darisbeberapa sudut pandang
d.      Narasi murni atau analisis, biasanya panjang, lazim dipakai di lingkungan akademik seperti sekolah-sekolah bisnis

Langkah-langkah penyusunan studi kasus
a.       Rumuskan dulu butir-butir pelajaran dan isu yang hendak disampaikan
b.      Tentukan jenis studi kasus dan pilih situasi yang mampu mengilustrasikan butir-butir pelajaran yang hendak disampaikan, sambil mempertimbangkan faktor-faktor berikut
1)      Apakah harus berupa situasi nyata, rekaan, atau gabungan antara keduanya
2)      Situasi mana yang paling relevan atau paling diakrabi oleh peserta
3)      Jangan terlalu teknis atau mudah ditangkap maksudnya, agar peserta tidak tergiring kea rah tertentu
4)      Situasi itu jangan terlalu bernuansa politis, sehingga bisa mendorong peserta untuk mengemukakan pandangan yang tidak objektif
c.       Rancanglah detail situasi kasusnya secara cermat, sperti tokoh yang dimunculkan dankerangka waktu yang dipakai.
d.      Dalam merancang tokoh dan tindakan yang dilakukan, dengan narasumber. Siapkanlah isu-isu yang mengundang pro-kontra secara cermat, agar isu-isu controversial itu muncul dalam kasus
e.      Lakukan penelitian atau wawancara seperlunya untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Dibutuhkan contoh peristiwa – kejadian yang relavan dan informasi pendukung masing-masing sudut pandang yang akan didiskusikan secara seimbang

Faktor-faktor yang bisa menggagalkan penyelenggaraan studi kasus
Penyelenggaraan metode studi kasus bisa tidak efektif atau gagal mencapai tujuan yang diharapkan, karena studi kasusnya memiliki cirri-ciri berikut ini:
a.       Kurang kompleks (hanya menyajikan rangkaian persoalan atau butir-butir gagasan, tidak member kesempatan kepada peserta untuk menemukannya sendiri)
b.      Tidak mencerminkan realitas, karena alasan-alasan sebagai berikut; tokoh-tokoh tidak nyata, bahasanya tidak realistic, peristiwa kejadiannya terlampau hitam-putih, atau gabungan antara ketiganya.
c.       Mengandung infoemasi yang tidak perlu atau terlampau teknis
d.      Gagal mengarahkan peserta ke arah yang kita inginkan. Missal, mungkin kita ingin mengarahkan peserta agar; 1) menyatakan pendapat pribadinya, ternyata tidak; 2) merasa terusik, ternyata tidak perduli; 3) dibuat sadar akan situasi hidup mereka sendiri, ternyata malah merasa bahwa tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam kasus tidak nyata; 4) terdorong untuk bertukar pikiran, ternyata malah pasif.
e.      Tidak mengandung informasi yang mampu memancing aneka pandangan dalam diskusi
f.        Menggunakan bahan yang terlalu dekat dengan kenyataan hidup sehari-hari para peserta sehingga justru membuat mereka tertarik untuk mendiskusikan isi kasus itu seolah-olah sebagai hal yang nyata.
Mengandung informasi yang tidak tepat atau menyesatkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar